Efek Bola Salju
Namaku Bambang, Bambang Ziregar
Teman-temanku bilang aku orang yang beruntung. Tampang ada, duit ada, single pula.
Soal masih jomblo itu, aku percaya penuh bahwa kita seharusnya punya kebebasan untuk memilih. Mau hidup berkeluarga OK. Mau single dan terus menikmati hidup YOLO-style, juga OK. Carpe diem.
Lagian kata orang, jatuh cinta itu pake perasaan, tapi memeliharanya butuh penghasilan 😀 , jadi kalau ada yang sok menasihati aku untuk segera berkeluarga, biasanya aku kuliahi balik dengan instensitas 2x lipat tentang logika hidup membujang. Intinya tidak ada benar atau salah, tapi seperti kata idola di jamanku, Bon Jovi, “It’s My Life”. Ojok ikut-ikut hidupku, panjenengan paham?
Idolaku memang Bon Jovi dan aku tumbuh dengan lagu-lagunya. Jadi kebayang kira-kira berapa umurku. Toh aku tetap mempertahankan sifat seorang kanak-kanak. Karena aku tidak mau kehilangan mindset happy. Aku juga mau tetap mencintai hidup.
Karena begitu mencintai hidup, aku tidak sudi masuk ke rat race. Bagi yang belum tahu apa itu rat race, coba baca Rich Dad Poor Dad-nya Robert Kiyosaki.
Intinya begini. Setelah usai sekolah, kita memulai karier kita. Kerja keras mulai menghasilkan prestasi. Promosi pun didapatkan. Pendapatan juga ikut naik. Karena gengsi dan perlu mempertahankan status sosial, pengeluaran pun ikutan naik.
Lama-lama, karena ingin dianggap sukses besar, mulailah kita berani pinjam sana pinjam sini untuk men-subsidi gaya hidup kita. Apalagi sekarang jaman fintech, pinjam duit makin mudah. Saking mudahnya sampai lupa cek berapa bunga pinjaman.
Beban bunga pinjaman yang ternyata sangat berat menyebabkan kita harus kerja makin keras. Dan makin tergantung sama kerjaan kita. Judek sama bos kita yang galakpun, kita nggak bisa keluar kerjaan.
Terjebak rat race. Makin lama makin dalam.
Tapi aku beruntung. Karena punya mentor yang sudah mengajari aku bagaimana menghindari rat race sejak awal karier. Mentor ini adalah Bapaknya teman baik aku. Sampai hari ini, aku forever grateful ke mentor aku.
Jalan hidup yang aku pilih adalah jalan hidup seorang investor. Jalan yang tidak mudah dan memerlukan kemampuan untuk berkorban sekarang demi masa depan.
Mentor aku mengajari aku bahwa investasi harus dimulai dari menyisihkan dana untuk ditabung. Bagaimana caranya? Catat semua pengeluaran dengan detail supaya kita paham kelemahan kita. Di bagian mana kita overspend. Dengan adanya kontrol atas pengeluaran, aku mulai bisa menabung.
Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Btw, anak sekolah jaman sekarang masih diajari peribahasa ini nggak ya?
Tentu “kepelitan” ini kadang membuat aku susah dapat pacar. Nggak kompetitif di bursa dating. Tapi biarlah, kalau kata salah satu selebtwit terkenal Handoko Tjung, lebih baik fokus berkembang baik daripada berkembang biak.
Cowok mapan lebih keren daripada cowok tampan, apalagi aku yang punya dua-duanya, ga perlu takut !
Demi masa depan dan menghindari rat race, mending uangnya aku pakai untuk investasi beli saham dan reksadana. Walau pada awalnya jumlah uang belum besar.
Adalah miskonsepsi bahwa investasi itu memerlukan uang dalam jumlah besar. Atau kita harus tajir supaya bisa beli saham dan reksadana.
Aku pernah baca buku tentang investor hebat Warren Buffett. Kata bijak yang aku ingat “Hidup itu seperti bola salju. Yang penting salju yang basah dan bukit yang panjang”.
Bukit dalam quote ini adalah ilustrasi untuk waktu. Makin panjang bukitnya, makin panjang waktu kita, atau makin muda usia kita mulai berinvestasi, makin ideal. Salju basah adalah pilihan reksadana atau saham yang tepat. Begitu bola salju bergulung ke bawah, akan makin banyak salju lain yang terambil si bola salju. Makin banyak berputar, makin besar pula bola saljunya. Makanya makin awal kita mulai memutar bola salju kita, makin baik.
Berinvestasi lebih awal, dari usia semuda mungkin, memberi kita kemungkinan untuk bangkit kembali dari kemungkinan kerugian yang kita alami. Dan juga belajar dari kesalahan.
Namanya investasi dan belajar. Pasti banyak juga salahnya. Bahkan Buffett sekalipun pernah salah. Itulah kehebatan filosofi bola salju.
Tidak mengherankan kalau salah satu buku biografi terbaik Buffett diberi judul “The Snowball: Warren Bufett and The Business of Life”.
Efek bola salju.
Masih banyak manfaat lain dari berinvestasi. Termasuk manfaat non finansial. Nanti satu-satu aku coba tulis. Aku sudah bertekad, tahun ini akan sedikit mengurangi dugem dan lebih banyak menulis untuk berbagi pengalaman hidup dan pengalamanku berinvestasi. Belajar untuk lebih bermanfaat bagi orang banyak, seperti yang pernah aku pelajari dari mentorku.
Bambang Ziregar,
Investor Reksadana yang sudah lama malang melintang