Parenting – Ziregar Style
Namaku Bambang, Bambang Ziregar.
Kerena begitu besar minat atas tulisanku yang sebelumnya di blog ini, dengan judul Efek Bola Salju, aku putuskan untuk lebih sering menulis. Lagian, malam di mana aku menulis adalah malam di mana aku absen dugem.
Dan tahun ini memang New Year’s resolution aku adalah mengurangi dugem. Jadi win-win lah. Aku menang, panjenengan selaku pembaca tulisanku juga menang. Pembaca menang karena mendapatkan banyak ilmu yang sangat bermanfaat. Dan aku juga menang karena aku selangkah lebih dekat mewujudkan 2019 resolution: kurangi dugem. Aku mau secara berkala menulis seputar hal-hal yang sering ditanyakan teman-teman.
Soal mengatur uang, soal investasi saham, soal bagaimana bertumbuh sebagai manusia, dan soal bagaimana menjadi suami dan orang tua yang baik.
“Loh, kok aku yang bangga menjomblo ini ditanya mengenai bagaimana menjadi suami dan orang tua yang baik? Nggak salah?” Itulah kehidupan.
Tukang potong rambut yang paling keren aja belum tentu bisa motong rambutnya sendiri kan. Hanya gara-gara aku punya tampang dan punya modal, dianggap aku ini tahu segalanya. Karena dianggap serba tahu, gengsi juga kalau semisal aku ditanya bagaimana cara menjadi orang tua (gaya parenting) yang baik, aku bilang nggak paham.
Jadi untuk pertanyaan yang satu ini, jawabanku sederhana tapi, seperti biasa, tetap bermutu. Aku cukup melihat ke sekitarku. Aku perhatikan teman-temanku yang sudah mandiri secara ekonomi dan tetap rajin berkunjung ke tempat orang tuanya. Tapi bukan yang ke rumah orang tuanya dengan rasa terpaksa, sekadar memenuhi kewajiban. Dari sana aku bertanya ke para ortu teman-temanku ini, bagaimana style parenting mereka. Ternyata ada beberapa persamaan. Saya perhatikan bahwa ortu bijak mau anak-anaknya menginginkan untuk sering bersama dengan ortu, bukannya memaksakan anak-anaknya untuk sering bersama ortu. Rumah ortu (kalau sudah hidup terpisah anak dan ortunya) menjadi tempat yang memberi ketenangan dan kehangatan. Bukan sumber ketakutan dan kritik.
Bagaimana caranya membangun rumah yang hangat? Resep yang saya dapatkan dari ortu bijak: cinta tanpa syarat dan fokus pada memberi, memberi, dan memberi. Tanpa pamrih. Hal lain yang saya dapatkan adalah ortu bijak ini mau anak-anaknya belajar untuk mengambil keputusan sejak usia dini. Termasuk belajar untuk membuat kesalahan. Bagaimana cara mereka mengatasi kesalahan dalam hidup? Paling mudah adalah dengan rasa humor. Banyak tertawa saja. YOLO.
Tidak usah menganggap diri kita terlalu penting. Juga ortu bijak tidak segan berbicara mengenai uang dan investasi. Karena ortu bijak paham bahwa berinvestasi itu berpengaruh sekali ke mindset kita. Dengan berinvestasi, mau tidak mau kita akan mengembangkan daya analisis dan belajar berpikir independen.
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, ada pasangan orang tua yang saya kenal suka berinvestasi di batu berlian, ga heran kalau sekarang anaknya juga suka berinvestasi di batu juga, tapi bukan batu berlian melainkan batu akik 😀 hasilnya bukan berlian, tapi berlinang air mata.
Kalau saya perhatikan dengan seksama, hampir semua investor sukses yang pernah saya temui mempunyai rasa humor yang tinggi. Menurutku (tentunya kemungkinan besar benar), hal ini dikarenakan semua investor pernah berbuat kesalahan dan rasa humor akan membantu untuk mengatasi stres atas kesalahan pengambilan keputusan. Humor adalah semacam antidot dari penyesalan atas kesalahan yang dibuat. Humor pula yang memfasilitasi seorang investor sejati untuk bangkit dan belajar dari kesalahan ini.
Nanti deh aku bagikan lagi pemikiranku soal parenting di tulisan yang lain. Atau nanti kalau ada yang pas terpikir lagi, silakan dibaca di akun Twitter aku @BambangZiregar. Yang pasti pemahamanku yang prima mengenai parenting ini tidak mendilusi komitmen untuk hidup menjomblo. Mungkin saja karena aku terlalu cuek dan sering tidak sadar kalau ada yang naksir. Atau karena belum ada yang pas saja. Biarlah, yang penting aku terus menjadi lebih baik dalam hidup dan dalam berinvestasi
Bambang Ziregar, Investor Reksadana yang sudah malang melintang tapi tak pernah sampe telentang