Karena Melukis itu Tidak Mudah
Dulu ketika saya masih kecil, yah mungkin kurang lebih pas usia saya 5-6 tahun, saya sangat suka menggambar. Setiap saya melihat kertas dan spidol, bawaannya pengen langsung mencoret-coret menggambar pemandangan “default” yang banyak digambar juga oleh anak anak seusia saya waktu itu. Tapi, apa daya, waktu itu saya sepertinya tidak memiliki DNA seorang Leonardo Da Vinci, Picasso, apalagi Van Gogh.
Guru menggambar saya aja sering gak bisa membedakan apakah saya sedang menggambar orang atau pohon karena bentuknya sekilas sama, untung saja saya selalu menambahkan garis garis rambut jigrak seperti habis tersetrum tiang listrik, baru lha guru saya mengerti “Oh ini orang, bukan pohon”.
Matahari yang saya gambar juga terkesan menjadi monster yang menandakan sudah dekat hari kiamat, padahal saya ingin sekali matahari yang digambar jadi kayak matahari cute kayak di film teletubbies.

Well, kebetulan karena saya ingin membahas salah satu perusahaan dari paper and pulp industry di Indonesia, saya ingin share dulu pengalaman seorang anak sahabat saya yang bernama Joelle Risa. Joelle sangat addicted dalam urusan gambar-menggambar ini dan yang jelas anak ini lebih professional dari saya, setidaknya ketika papa-nya melihat hasil gambar Joelle, papa-nya bisa melihat dengan jelas perbedaan mana pohon, mana orang.
So this is Joelle Risa story
I took up a hobby of drawing a long time ago. Since the first time a pencil and paper was given to me, I have never let go of the feeling of thrill I received from being able to express my thoughts on paper.
Maybe it it sounded silly for other people, after all it was just a pencil and a piece of paper, but for me, it was a special feeling and ability. Along my journey as an ‘artist’, like everything, there are ups and downs.
Most times, I would see my drawing time as a safe place or a medium I use to let go or simply be happy. But there are days where I feel frustrated because I have set myself an illusion or a standard that I have to achieve, and when I didnt draw up to those standards, I would feel frustrated by this.
I love art, especially drawing in particular. I have tried many mediums, to give you an illusion, I’ve used materials such as charcoal, watercolour, oil paints, you name it.
However despite my many choices of media, I still prefer using a simple pencil and paper. One thing I pay attention to is paper and pencil quality. These artistic choices play an important role as the final product can be very different.
For instance, utilizing many shades of pencils instead of one can create more tonal contrast, and using quality drawing paper instead of normal A4 sized paper can shift the quality of smoothness brought out by the paper itself.
Thicker sketching paper can be far more useful because different media such as ink will not seep through the paper. Smooth paper is very helpful for blending several areas.
From almost 14 years of drawing, I have tried many different sketching paper and tasted the effects,both good and bad, of the choices of materials i opted to use when creating artwork, and I can tell you that paper quality very much matters and contributes to the final product.
Joelle
Yeap, thanks Joelle, kamu udah mengajarkan saya bahwa untuk menciptakan gambar yang bagus itu ternyata butuh kertas dan pensil yang berkualitas. Itu hal yang memang saya sering banget lupa pas dulu saya menggambar, contohnya pensil yang sudah tumpul, saya paksakan untuk menggambar karena saya ingin menciptakan efek abstrak. Ternyata eh saking abstraknya tidak ada yang tahu apa yang saya gambar, termasuk diri saya sendiri.
Bicara soal kertas, memang itu adalah sebuah benda yang tidak pernah lepas dari kehidupan kita semua guys. Hampir setiap hari kita pasti memegang yang namanya kertas, entah itu ketika sedang di sekolah, kuliah, bekerja, atau bahkan di rumah. Bahkan duit di dompet kita juga dibuat dari kertas kan.
Tahun 2017 ini kita menyaksikan kebangkitan industry pulp and paper di Indonesia dimana harga saham PT. INDAH KIAT PULP & PAPER meroket sangat tajam dari Rp 955 pada awal tahun 2017 dan sekarang di tanggal 19 Juli 2017 sudah mencapai Rp 2710. Kenaikan harga saham INKP tentu ada alasannya, yaitu laba bersih INKP meningkat sangat tajam lebih dari 200% dari USD 26 juta pada kuartal 1-2016 lalu menjadi USD 85 juta pada kuartal 1 2017. Laba yang naik pun juga ada alasannya, karena index pulp price juga terus bergerak naik sejak awal tahun.



Cckckckck, harga sahamnya sudah naik 200% sepanjang tahun ini, mungkin ini juga salah satu saham yang dibeli oleh rekan saya yaitu Bambang Siregar, pantes aja dia bisa party-party dan kerjanya jalan-jalan melulu tahun ini.
INKP bukan satu-satunya saham pulp yang naik tahun ini, bahkan di luar negeri kalau kita mau tengok ke 2 perusahaan pulp paper di Jepang dan Taiwan kita bisa lihat bahwa harga saham Japan Pulp & Paper dan Taiwan Pulp & Paper juga mengalami kenaikan signifikan tahun ini.


Pertanyaan kemudian muncul ? jadi harga saham INKP masih murah atau ga ?
kalau melihat harga pulp yang masih naik hampir 20% qoq maka INKP masih punya potensi untuk melaporkan kinerja yang lebih baik lagi di kuartal 2 dan kuartal 3 ini, apalagi seperti dikutip dari asiapapermarkets.com sepertinya industry pulp masih didukung oleh sentiment bahwa supply masih akan tight salah satunya karena supply pulp dari anak usaha INKP yaitu PT OKI belum akan membanjiri pasar tahun ini
Tahun depan pabrik PT OKI yang nilainya Rp 40 Triliun itu ditargetkan akan bisa memproduksi 2 juta ton per tahun dan 500.000 ton nya juga akan dialokasikan untuk produksi kertas tisu. Another growth driver for INKP
Beberapa orang masih suka bimbang dengan INKP karena level utang INKP yang tinggi meskipun utang INKP perlahan mulai turun dari puncaknya dan free cash flow INKP pada kuartal 1 2017 pun merupakan yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir
So yeah, secara overall kayaknya saham INKP ini masih sangat menarik dan punya potensial upside yang lumayan. Kombinasi kenaikan harga pulp seharusnya bisa mendorong INKP membukukan laba tertinggi.
Semakin banyak anak-anak seperti Joelle juga harusnya akan memberi benefit untuk perusahaan kayak INKP karena konsumsi kertas akan semakin meningkat.
Ya udah rasanya sudah cukup tulisan saya ini, saya mau coba menggambar lagi, siapa tau setelah puasa menggambar belasan tahun, benih dan bakat Da Vinci, Van Gogh, dan Picasso sudah bertumbuh dalam diri saya. Kalau lukisannya bagus nanti saya jual ke teman saya, si Bambang Siregar itu, mumpung duitnya dia lagi banyak tahun ini.
Sucorinvest Asset Management & Joelle Risa