Investasi Reksa Dana Kok Diliatin Tiap Hari
Tahun Anjing Tanah baru aja kita lewati dan menurut kalender China, kita memasuki tahun Babi Tanah.
Gimana dengan angpao yang kamu terima tahun ini dibanding tahun lalu ? naik sesuai inflasi atau malah turun seperti IHSG tahun lalu ? 😀
Kalau kita melihat sejak era financial depression di tahun 1928-29 lalu, maka bisa dibilang tahun Babi adalah tahun terbaik pasar saham di Amerika Serikat, (sounds a good news for us)

Tidak hanya memiliki return terbaik, tahun babi juga memiliki tingkat volatilitas (standar deviation) yang lebih rendah dibandingkan tahun-tahun chinese zodiac lainnya. Memang di edisi tahun babi terakhir yaitu 2007, pasar saham sih ga ada tenang2nya, malah justru sangat volatile, sepertinya babi di tahun 2007 memiliki elemen babi guling 😀

Konon katanya di tahun babi, semuanya akan berjalan dengan lebih pelan, karena memang karakter babi cenderung lebih slow, suka tidur, kalem, dan sabar.
Hari ini kita akan berbicara banyak mengenai sikap SABAR terutama dalam berinvestasi reksa dana.
Dulu ketika saya masih duduk di SMP, komputer adalah “mainan” favorit saya. Mulai dari browsing, trading saham, hingga main game yang jaman dulu cuma adanya PINBALL, MINESWEEPER. Nah, tapi yang namanya komputer, error-error itu tak terhindarkan, kadang muncul dialog box yang udah kita klik YES, eh dia ga keluar, kita klik lagi dong beberapa kali, tiba-tiba sekali keluar dialog box yang muncul udah berderet kayak antrian orang-orang yang pengen beli shihlin promo diskon cashback OVO 60% di mall-mall.
Ujian kesabaran pun sudah pasti gagal total, karena mencet tombol power selalu jadi jalan keluar terbaik. Kalau jaman sekarang, sabar adalah ketika kamu kuat nunggu gocar/grabcar yang di aplikasi katanya sih 5 menit lagi sampe, tapi ternyata 20 menit ga sampe-sampe juga. Mau di-cancel, takutnya dapat mobil baru yang juga jauh dan nunggu lagi, tapi kalau ga di-cancel, kok lama bener sampenya.

Di pasar saham, saya paham banget kalau semua orang ingin menjadi cepat kaya, ( saya juga mau lha ), kita pengennya habis beli suatu saham, sorenya kalau perlu sudah naik 5%, besoknya autoreject atas, besoknya autoreject atas lagi, besoknya lagi, di kasih label UMA oleh bursa dan di-suspend, lalu habis suspensinya dibuka, autoreject atas lagi dan lagi, lalu ketika kita jual dengan keuntungan 500% itu, sahamnya langsung turun autoreject bawah.
Sayangnya, itu semua hanya mungkin terjadi di dimensi “afternoon hole” dream aja alias mimpi siang bolong, saya belum pernah ada ketemu orang yang bisa begitu.
Salah satu quote favorit saya dari D. Mutukrishnan adalah
“Market attracts those who want instant wealth but only rewards those who pursue long term wealth”
Ya, semua orang masuk ke pasar saham demi mengharapkan keuntungan instan, mereka lupa bahwa pasar saham mirip dengan mesin capit boneka di timezon*, udah keluar duit banyak, gesek powercard terus, udah di-keker sebelum dipencet, udah mau dapet bonekanya, eh dia copot jatoh di tengah jalan, dan itu terjadi berulang-ulang tapi banyak orang hobi memainkannya. Kalaupun dapat bonekanya, setelah diitung-itung lha ongkos main dari tadi udah Rp 300 ribu lebih cuma dapat boneka beruang yang ga ada mirip-miripnya sama beruang TEDDY HOUSE, malah lebih mirip si TED the naughty bear.
Investor reksadana cenderung memiliki hobi sama, yaitu mengecek harga NAB reksadana setiap hari nya, well, tentu hal yang tidak salah untuk dilakukan apalagi kalau reksadana yang anda pegang sudah underperform selama minimal 1 tahun terakhir, tapi masalahnya banyak yang suka ngecek lalu keder sendiri, ketakutan berlebihan ketika reksadana yang dia pegang underperform selama 1 minggu terakhir atau bahkan 2 hari terakhir vs IHSG.
“Kok udah 2 hari IHSG naik total 1%, reksadana gw cuma naik 0,5% ya ?, fund managernya tidur apa udah ga sakti lagi ya ?”
Padahal selama setahun terakhir reksadana yang dia pegang itu sudah naik 19% vs IHSG yang turun 2,5%, tapi hanya karena 2 hari underperform, investor ini langsung ketakutan dan sibuk sendiri bertanya kepada sales-nya.
Saya selalu bilang bahwa “We are fund managers, not GOD”, kita tidak pernah tahu kapan harga saham akan naik ataupun turun. Kami hanya bisa membeli saham yang menurut kami sudah undervalue dan ya menunggu pasar menyadari bahwa saham itu juga murah. Kapan pasar akan sadar ? ya ga tau, bisa hitungan hari, minggu, bulan, atau bahkan tahun 😀
1 saham bisa saja diam selama 3 tahun, namun di tahun ke 4 harganya naik 200%, saham seperti ini lebih tinggi return-nya secara rata-rata ketimbang saham yang hanya naik sebesar 20% setiap tahun.
Bisakah kami khawatir salah membeli saham ? ya bisa, karena kami juga manusia biasa, tapi untuk menghindari hal-hal demikian terjadi kami selalu menganalisa saham-saham itu dengan men-detail sebelum membelinya. Kalau kami yakin laba bersih perusahaan ini akan meningkat tajam dalam 1-2 tahun kedepan, ya kami akan beli sedikit demi sedikit sembari sabar menunggu kinerja keuangannya terus improve seperti ekspektasi kami.
“Businesses grow over years. We want stock prices to grow over days/weeks. This expectation mismatch is the root cause of our behavioural mistakes.” – D. Mutukrishnan
Sejak pertama kali mengenal saham di tahun 2002/3, saya sudah sering mengalami sindrom yang entah apa namanya ini
“wah perusahaan ini bagus, dalam 2-3 tahun kedepan labanya bakalan naik banyak, saya akan beli lalu saya siap menunggu saham perusahaan ini naik. Eh hari demi hari berlalu, minggu demi minggu berlalu, bulan berganti bulan, sincia berganti jadi lebaran, lebaran jadi natal, kok saham ini kagak naik2 ya ?, IHSG udah naik 20% gitu, apa gw yg salah ya overPD sama nih saham padahal ternyata ini perusahaan jelek ? kalau diem gini terus bisa stuck portfolio gw, udah lha lepas aja ganti saham lain.” LEGAAAAA
Dannn, seperti yang kita tahu biasanya setelah itu Mr. Market akan merilis film genre comedy (buat kita sih film horror) berjudul THE CONJURING 4 : HABIS GW JUAL, KOK SAHAMNYA NAIK, dengan kita dapat free kursi velvet paling depan + bonus tissue.

“No matter how great the talent or efforts, some things just take time. You can’t produce a baby in one month by getting nine women pregnant.” ― Warren Buffett
Pohon bambu adalah pohon yang menjulang tinggi, tapi tidak banyak yang tahu kalau di 5 tahun pertama sejak ditanam, pohon bambu hanya akan stuck di ketinggian 15-30 cm aja. Mau disiram, dipupuk, atau mungkin didoain semalem suntuk, ya bakal segitu aja tingginya. Tapi, nanti setelah 5 tahun, pohon bambu akan langsung melesat hingga 30 meter dan menjadi jajaran pohon tertinggi dibanding pohon-pohon lainnya. So, relax, every stock has its own time.

Apakah dengan modal SABAR di pasar saham berarti semua saham pilihan akan benar ? Ya ga juga, kita harus tahu kapan saham pilihan kita ternyata memang ga sebagus yang kita bayangkan, atau ada faktor yang berubah yang dahulunya tidak ada, misalnya kebijakan pemerintah, bencana alam, dkk, kalau sudah gitu maka mau ga mau kita harus mengambil keputusan. Fund Manager yang sudah “seasoned” pasti tahu kapan harus melakukan tindakan seperti GIF dibawah ini 😀
Saya punya quote pribadi yang selalu jadi pegangan saya dalam berinvestasi, “Investor Sabar Disayang Tuhan, Terlalu Sabar Diinjek Bandar” 😀 😀 😀
Know when to admit defeat is an important thing too for a fund managers.
Pengelolaan reksadana Sucorinvest selalu dijalankan dengan “prudent“, ketika kami menyukai saham tertentu yang memiliki potensi besar di masa depan, kami akan membelinya sekitar 1-3% dulu dari portfolio kami, sehingga kalau amit-amit harus menunggu saham itu stuck, tidak akan memberikan dampak besar ke dalam portfolio reksadana kami.
” Patience is not passive waiting, Patience is active acceptance of the process required to to attain your goals and dreams ” – Ray Davis
Selama kinerja reksadana yang kamu pegang masih berada di atas benchmark yaitu IHSG dalam periode 1 tahun, maka seharusnya kamu tidak perlu terlalu khawatir karena itu berarti semua strategi yang direncanakan oleh manajer investasi masih berjalan dengan baik. Saya rasa masih banyak yang belum tahu bahwa reksadana saham WAJIB menempatkan 80% assetnya di saham, maka dari itulah ketika pasar saham turun banyak, sudah pasti akan berpengaruh ke kinerja reksadana saham mau se-jago apapun fund managers-nya.
Oh ya, tahukah kamu bahwa di Amerika Serikat, dalam kurun waktu 1-3-5-10-15 tahun, jumlah reksadana di US yang DIKALAHKAN (alias underperform) vs indeks S&P 500 semakin banyak hingga mencapai 92%, yang artinya dari 100 reksadana, hanya ada 8 reksadana yang bisa bertahan lebih baik daripada indeks nya selama periode 15 tahun. Bahkan bisa dilihat dari periode 1 tahun saja, sudah lebih banyak reksadana kalah sama indeks.
Gawat-nya lagi, mencari 8 reksadana dari 100 reksadana yang bisa outperform selama 15 tahun pun tidak mudah, karena bisa kamu lihat dari grafik dibawah ini, asumsikan ada 100 terbaik dari 400 reksadana di US yang berhasil duduk di jajaran top quartile (25% ranking terbaik) di tahun 2013, tahun depannya hanya ada 25 dari 100 reksadana tadi yang bisa masuk top quartile lagi, di tahun 2015 jumlahnya berkurang tinggal 5, dan di tahun 2016-2017 bisa dibilang hanya 1 yang mampu bertahan. Itulah kenapa saya katakan kalau reksadana yang kamu pegang itu sudah berhasil outperform indeks selama 3-5 tahun berturut-turut dan ga negatif kinerjanya, bersyukurlah 😀 (anyway, reksadana saham Sucorinvest sudah outperform IHSG selama 3 tahun terakhir dan kinerjanya selalu positif, termasuk tahun ini alias tahun ke 4 )
S&P DOW JONES menemukan fakta bahwa hanya 2 dari 715 funds saham US yang berhasil stay di jajaran top quartile selama 5 tahun berturut-turut. (peluangnya ga kalah kecil vs skenario kemenangan The Avengers lawan Thanos yang diliat oleh Doctor Strange cuma 1 banding 14.000.605)
“The stock market is a device for transferring money from the impatient to the patient.” – Warren Buffett
Nah, “kebiasaan” selanjutnya yang biasanya dilakukan oleh investor reksadana adalah berusaha timing the market alias ditrading-in, ya lagi-lagi itu sah-sah saja. Tapi, masalahnya adalah, saya selalu katakan bahwa kita manusia memiliki “Denial” dalam diri kita. Anggap lha kamu tahu bahwa IHSG akan turun, sehingga reksadana kamu yang sudah untung 3% itu kamu jual, dan ya benar saja besok-besoknya IHSG turun 1%, kamu pun berbangga diri dan merasa sudah satu level dengan Nostradamus.
Besoknya, IHSG naik 1%, kamu mulai berkata dalam hati “ah ini ntar juga turun lagi”, besoknya IHSG turun 1,5%. “Seeeeeeee, apa gw bilang, udah paling bener lha gw jual kemaren.” kamu mulai berpikir bahwa kamu adalah orang paling jago soal saham se-kabupaten.
Tapi, sayang Mr. Market punya prinsip “third time’s a charm“, besoknya IHSG langsung naik 2%. Kamu pun mulai kebingungan karena sekarang harga NAB reksadana sudah lebih mahal daripada saat NAB kamu jual kemarin. Besoknya, IHSG naik lagi 1%, total dalam 1 minggu kedepannya IHSG naik 4%.
Apakah kamu akan beli dan kejar saat NAB lagi naik ? dari survei kecil-kecilan yang saya sudah pernah lakukan, biasanya mayoritas justru ketakutan dan bilang “ah udah kemahalan, tunggu turun aja”. Sayangnya lagi, market bukan seperti busway yang sudah ada jadwal stop nya kapan dan turun di terminal berapa, market bisa terus rally dan ga peduli kalau kamu ketinggalan. Akhirnya, tahun itu IHSG naik belasan persen, kamu cuma bisa gigit jari dengan keuntungan 3%.
Dari 360 sendi di tubuh investor reksa dana, sendi apa yang paling sering bikin sakit ?
SENDI-rian ditinggal market rally
Makanya, sangat dianjurkan untuk memiliki view dan time horizon minimal 1 tahun dalam berinvestasi reksadana, dan akan lebih baik lagi jika bisa hingga 5 tahun. Apalagi kita tahu banyak investor reksadana yang memang berinvestasi di reksadana karena memang tidak memiliki banyak waktu untuk menganalisa saham, atau sudah sering trading sendiri tapi lebih banyak loss nya.
Saya juga kadang heran banyak orang terutama ibu-ibu / tante-tante yang sangat happy jika ditawarkan paket deposito lock 1 tahun dengan bonus tupperwar*, setrika, dispenser, kipas angin, TV, iphone, mereka dengan senang hati mengambil tawaran itu dan sabar menunggu 1 tahun, tapi kalau investasi di reksadana, jarang yang bisa hold selama 1 tahun.
Satu hal lagi yang bisa membuat anda harus bersabar sebagai investor reksadana yaitu punya target return yang realistis. Banyak orang terus bermimpi bahwa sebuah reksadana bisa terus naik 30-40% setiap tahunnya, ya memang itu sah-sah saja dan mungkin-mungkin saja, tapi biasanya kinerja seperti itu hanya terjadi di reksadana yang size dana kelolaanya masih kecil, atau 1 tahun setelah koreksi pasar yang tajam. Seperti setelah tahun 2008 lalu, di tahun 2009 ada reksadana-reksadana yang naik lebih dari 100% tapi ya wajar karena IHSG juga naik 85%.
Warren Buffett selama 53 tahun terakhir, mencatatkan rata-rata return sebesar kurang lebih 20 % per tahun vs S&P 500 yang hanya berkisar 9,9%. Jadi, set lha target return yang lebih realistis. Kecuali, kalau Anda memang punya intuisi yang tajam dan bisa melihat masa depan ala Doctor Strange dan menghasilkan gain 30-40% konsisten terus menerus setiap tahunnya, maka investasi reksadana mungkin bukan tempat yang cocok untuk Anda. (anyway, Doctor Strange aja ga trading saham kan ?, berarti dia tau itu susah 😀 )
Saya akan tutup post kali ini dengan sebuah tips yang mungkin bisa membuat anda lebih sabar dalam berinvestasi,
“Find 3 Hobbies, One to make you money, One to keep you in shape, and One to keep you creative”
Bagi yang masih bingung, saya bantu deh khusus yang pertama (ONE TO MAKE YOU MONEY), I suggest you to start investing in Sucor Asset mutual fund products or top up 😛
One to keep you in shape and One to keep you creative ? Nah, kalau ini biar gampang ikuti saja trend banyak orang terutama cewek-cewek, ibu-ibu, dan tante-tante yang sekarang lagi demen nonton Tidying Up with Marie Kondo di Netflix, daripada Anda sibuk ngeliatin NAB setiap hari, mending belajar beres-beres rumah ala KONMARI kan.
So, sudah siap menjadi investor reksadana yang sabar ?