Catatan Akhir Tahun : Pisang & Fenomena Ingin Cepat Kaya
Maurizio Catellan menghebohkan dunia seni dan finansial di penghujung tahun ini. Di festival Art Basel Miami, seniman asal Italia ini berhasil menjual karyanya yaitu PISANG yang DILAKBAN di dinding dengan harga USD 120.000 atau senilai Rp 1,7 miliar. Wow, saya ga pernah menyangka kalau sebuah pisang + lakban bisa mencapai miliaran, padahal kalau Anda beli di minimarket, cukup dengan uang Rp 20.000 + Rp 2.000 untuk parkir abang-abang yang selalu baru muncul kalau kita mau keluar, kita sudah bisa membuat mahakarya seperti Catellan ini.
Kenapa pisang ini bisa mahal?
Menurut Catellan, sejak setahun lalu ia sudah memikirkan sebuah patung berbentuk pisang dan kemana pun ia pergi, ia selalu membawanya, dan menaruhnya di kamar hotel sebagai sumber inspirasi. Mungkin tahun depan, kita akan mulai melihat para manajer investasi dan analis melakban pisang yang selama ini didapat dari sepaket boks nasi padang restoran sederha** untuk mencari inspirasi saham apa yang akan naik banyak di tahun 2020.
Tahun 2019 akan segera selesai dalam hitungan 24 jam ke depan. Banyak hal yang terjadi di dunia finansial selama 1 tahun terakhir, mulai dari masih berlanjutnya Trade Wars US vs China, gerakan pasar saham yang dikontrol oleh Twitter Trump yang akhirnya membuat IHSG jadi seperti setrika alias cuma maju mundur di 6.000-6.400. Karena kebanyakan maju mundur, IHSG akhirnya hanya mampu finish di level 6299 alias naik 1,7% selama tahun ini, kalah jauh dibanding indeks saham Amerika Serikat yang naik lebih dari 35%.
Di saat seharusnya kami para manajer investasi bisa menikmati masa window dressing dengan tenang, justru kami harus tetap “terjaga” hingga akhir tahun karena ada “black swan event” yang terjadi. Dimulai dari kasus penghentian dan akhirnya menjadi pembubaran reksadana-reksadana yang diduga memberikan janji fix return kepada nasabah, lalu aksi regulator yang meminta sebuah perusahaan yang diduga menggalang dana investasi untuk mengembalikan uang para investornya, adanya reksadana yang turun lebih dari 50% hanya dalam waktu 2 minggu sampai membuat regulator harus mensuspensi pemasaran reksadana tersebut, ada lagi manajer-manajer investasi yang diperingkatkan oleh regulator karena komposisi investasi mereka melanggar peraturan.
Kami semua di investment team masih ingat benar bagaimana November 2019 menjadi bulan yang mengerikan untuk saham-saham second liner dan third liner ketika semua kasus di atas terjadi, saham-saham small cap amblas menyentuh batas auto rejection bawah berkali-kali karena banyak investor atau spekulator yang melakukan panic selling karena takut saham-saham small cap itu berhubungan/dimiliki manajer-manajer investasi di atas. Bagaimanapun juga, menurut kami regulator sudah melakukan hal yang benar meski memang prosesnya tidak mudah dilakukan.
Sudah bukan rahasia lagi kalau semua manusia menyukai investasi yang returnnya tinggi, makanya dulu orang suka mengkoleksi ikan yang jidatnya jenong/bengkak alias louhan, tanaman anthurium, dan terakhir fenomena batu akik yang saya pikir merupakan inspirasi batu warna-warni di sarung tangan THANOS.
Selain suka yang returnnya tinggi, manusia juga menyukai yang namanya KEPASTIAN, itu yang menurut kami membuat produk dengan slogan “fix return” selalu muncul menjadi bunga yang diserbu lebah-lebah alias investor. Dengan janji return net 11-12% per tahun fix alias pasti, lebah-lebah menyerbu bunga ini dengan harapan bisa ikut ambil bagian menyedot “madu” dari si bunga. Bunga deposito yang “cuma” berkisar 6-8% per tahun, apalagi IHSG yang returnnya hampir 0% selama 2 tahun terakhir membuat lebah-lebah ini berpikir “dimana lagi gue bisa dapat 11-12% per tahun, PASTI lagi ?”.
Tidak ada pesta yang tidak berakhir, jadi pergilah sebelum pesta selesai atau Anda kebagian cuci piringnya. Sejak November 2019, kami sudah entah bertemu berapa banyak orang yang posisinya “nyangkut” di investasi-investasi model begini, mau dijual pun harganya sudah parah, sekarang setiap menghubungi tenaga pemasar produk tersebut, cuma dijawab:
“sabar”,
“tenang semuanya masih aman”,
“perpanjang lagi aja pak, nanti dibayar sekalian tahun depan termasuk bunga tahun ini.”,
atau
“banyak berdoa aja Pak, nanti biar dibuka jalannya sama yang di ATAS” (dibuka dari atas??? baru tahu saya kalau ada produk investasi yang punya rooftop alias bisa dibuka dari atas)
Ini semakin meyakinkan thesis saya bahwa masih ada orang-orang yang menganut strategi “buy and pray” dan “kenapa harus cutloss kalau bisa berdoa ?”.
Karena ingin dapat 3-6% return lebih tinggi dari deposito, obligasi, ataupun reksadana pasar uang, akhirnya nyangkut di produk-produk ala THANOS (sekali jentik, hilang separoh alias 50%), tapi kembali lagi itulah sifat dasar kebanyakan manusia, yaitu kalau bisa kaya lebih cepat kenapa tidak ?
Coba kita belajar sebentar dari cerita ini
Si Jono punya domba bagus, kebetulan di desanya ada Kontes domba sehat, hadiahnya uang Rp 300 ribu. Si Jono ikut lomba, ternyata menang dan uangnya dibayar tunai oleh Panitia, 3 lembar Rp 100 ribuan.
Waktu menerima hadiah, saking grogi, uang Rp 300 ribu terjatuh, langsung dimakan oleh dombanya. Panitia menyarankan domba itu minum kopi, terus ditepuk-tepuk (maaf) p*ntatnya, agar dombanya bisa muntah, dan agar uang yang dimakan bisa keluar.
Si Jono pulang sambil nyari tukang kopi, sambil nuntun si domba. Ketika ada tukang kopi si Jono pesan segelas kopi. Oleh si Jono kopinya diminumkan ke si domba, terus ditepuk-tepuk p*ntatnya, hasilnya keluarlah selembar uang 100 ribu!
Tukang kopi jadi heboh, langsung menawarkan 3 juta agar domba si Jono jadi miliknya.
Si Jono menjawab singkat: “Tidak dijual !”
Si Jono meminumkann lagi kopi, lalu menepukan lagi p*ntat dombanya, keluar lagi uang 100 ribu…!!
Tukang kopi semakin panasaran, ditawarlah domba si Jono jadi 10 juta. Si Jono tetap menolak sambil meminumkan lagi kopi ke dombanya, ditepukkan lagi p*ntat dombanya itu, lalu keluar lagi uang 100 ribu.
Tukang kopi semakin penasaran, lalu menawarkan uang 25 juta ke si Jono.
“Deal!” kata Jono begitu senang..
Akhirnya si domba jadi milik si Tukang Kopi.
Besok paginya, Jono lagi minum kopi di teras rumahnya sambil baca koran, matanya tertuju ke sebuah headline koran:
“Tukang Kopi jadi gila dan ditahan warga karena nendangin p*ntat domba sampe mati!”
Bagaimana? sounds familiar? 😀
Jono adalah seorang “fund manager” yang andal, dia tahu kapan laba bersih si domba “peaked” dan menjualnya ke seorang investor lugu baru yang berpikir dia baru saja mendapat ATM dalam bentuk shaun and the sheep.
“There are many ways to become poor. Wanting to get rich fast would top the list”. D. Mutukhrishnan
Sejak kasus-kasus di atas muncul di media dan menghebohkan investor, pertanyaan dari nasabah-nasabah baik perorangan maupun institusi yang ditanyakan ke kami bukan lagi “berapa target IHSG akhir tahun” tapi justru “bagaimana dengan Sucor Asset Management? apakah masih aman?”
“Tentu saja aman Pak, Bu!”
Investment team Sucor Asset Management mengisi portfolio dengan saham-saham berfundamental baik, memiliki likuiditas yang cukup, dan menghindari membeli saham-saham overvalue mau itu blue chip ataupun small/medium cap, tidak peduli bagaimana populernya saham tersebut kami tetap stick terhadap metode kami karena kami percaya proses yang baik akan menghasilkan kinerja yang baik juga PADA WAKTUNYA.
Anda bisa lihat sendiri bahwa dalam 4 tahun terakhir reksa dana saham Sucorinvest Equity Fund, Sucorinvest Maxi Fund, Sucorinvest Shariah Equity Fund selalu berhasil mencatatkan kinerja positif.
Saya ceritakan sedikit kisah menarik mengenai produk reksa dana kami di tahun ini. Kinerja reksa dana kami di awal tahun ini sebenarnya sudah lebih baik dari IHSG, tapi karena ada reksa dana-reksa dana yang menyalip kinerja kami dan bahkan unggul hingga 10% di kuartal 1-2019, banyak yang bertanya mengapa reksa dana A, B, C bisa unggul jauh ? Apakah Sucor sudah kehilangan “magic”nya ? Kenapa Sucor tidak ikut beli saham XXXX yang dibeli MI A,B,C itu ?, dll.
Tapi, hal ini bukanlah hal yang baru untuk kami, sejak 2016 hingga saat ini kami sudah terbiasa menghadapi hal itu semua. Satu hal yang selalu ada di pikiran Kapten alias CEO kami yaitu Bos Jem adalah “Pada akhirnya semua saham yang cuma naik karena crowd dan udah mahal pasti akan jatuh sendiri.” Itulah kenapa kami setia dengan saham-saham pilihan yang yang kami miliki.
Hingga akhirnya datang bulan April 2019, salah satu saham mid/small cap yang kami miliki melaporkan kinerja laba bersih yang luar biasa karena bahan baku aluminium dan tembaga yang turun drastis meningkatkan margin laba bersih si perusahaan. Harga sahamnya langsung meroket lebih dari 60% hanya dalam waktu 2 bulan.
Tidak hanya satu saham itu aja yang naik, saham sektor konsumsi yang sudah lama kami akumulasi juga mulai bergerak naik 20%. Kenaikan dua saham ini terjadi di saat IHSG dan bursa global mengalami kejatuhan di bulan Mei 2019, akhirnya di bulan Juni 2019 kami sudah berhasil menyalip kinerja reksa dana-reksa dana yang lebih kencang di awal tahun itu dan kami berhasil mempertahankan keunggulan itu hingga akhir tahun ini.
Bisa dikatakan bahwa hampir setiap tahun kami selalu melakukan apa yang Valentino Rossi (Yamaha MOTOGP) dan Michael Schumacher (Ferrari – F1) lakukan pada saat masa kejayaan mereka. Pada saat start, memang akan ada beberapa pembalap yang melaju di depannya, tetapi perhitungan, strategi yang tepat, dan juga konsistensi untuk tidak melakukan kesalahan, membuat mereka biasanya akan menyalip di posisi depan di pertengahan atau akhir balapan.
Tapi, apa jadinya Valentino Rossi dan Michael Schumacher tanpa kru pit stop, mekanik, dan engineer yang andal? Bayangkan jika ketika mereka berdua masuk pit stop, ban baru masih kempes sehingga tidak bisa dipasang, selang bensin bocor, layar monitor racing mati-hidup karena sambungan listriknya tidak benar, dll ? Mungkin mereka tidak akan menjadi juara dunia berkali-kali.
Keberhasilan Sucor Asset Management juga tidak melulu soal Investment team, karena kami juga didukung oleh Marketing team dan Operation team yang selalu memastikan bahwa proses transaksi nasabah dan prosedur compliance telah berjalan dengan baik. So our main success receipt are, Performance + Customer Experience + Compliance.
Tahun ini juga menandai sebuah milestone bagi kami dimana produk kami saat ini sudah dipasarkan oleh salah satu bank wealth management ternama di Indonesia yaitu Commonwealth Bank Indonesia. Seperti yang anda tahu, bahwa reksa dana-reksa dana yang dipasarkan oleh Commonwealth Bank Indonesia sudah melalui berbagai proses seleksi yang ketat dengan standar yang tinggi.
Belajar dari kejadian di tahun 2019 ini, anda sebagai seorang investor harus bisa memahami bahwa di dunia ini, tidak ada investasi yang returnnya tinggi dan PASTI. Skema p*nzi sudah ada sejak tahun 1920an yang lalu, namun setiap tahun selalu menelan korban yang banyak.
Coba kita belajar (lagi) dari kisah penjual topi dan monyet ini
Alkisah ada seorang penjual topi yang melewati sebuah hutan dalam perjalanannya pulang dari pasar. Cuaca saat itu sangatlah panas, sehingga ia berhenti sebentar untuk beristirahat di bawah salah satu pohon yang rindang. Keranjangnya yang penuh dengan topi-topi diletakkan di sampingnya.
Beberapa jam kemudian, ia terbangun karena suara-suara yang bising. Lalu, ia baru tersadar kalau semua topinya hilang. Mendengar suara teriakan monyet-monyet di atas pohon, ia pun menengadah. Ia terkejut ketika melihat ke atas pohon ada begitu banyak monyet dan mereka semua sedang memakai topi-topinya. Si penjual topi itu mengambil posisi duduk dan memikirkan cara mendapatkan kembali topinya itu. Ia terus berpikir dan berpikir, lalu mulai menggaruk-garuk kepalanya. Sesaat kemudian, ia baru tahu monyet-monyet itu menirukan perilakunya.
Lalu, si penjual topi itu melepaskan topinya dan melihat monyet-monyet itu juga berbuat hal yang sama. Akhirnya muncul ide bagus. Ia mengambil topinya dan melemparkannya ke permukaan tanah, dan seperti yang sudah diduga, monyet-monyet itu pun menirukannya. Dengan begitu, ia bisa memperoleh kembali semua topinya lalu berjalan pulang.
Lima puluh tahun pun berlalu sejak kejadian itu…
Cucu si penjual topi, Jono, juga menjalani profesi yang sama. Ia sudah mendengar cerita monyet itu dari sang kakek. Suatu hari, sama seperti kakeknya, ia melewati hutan yang sama. Cuaca hari itu sangat panas, sehingga ia pun beristirahat di bawah pohon yang sama dan meletakkan topi-topinya di samping.
Tapi begitu terbangun dari tidurnya, ia menyadari semua topinya hilang. Ia menengadah dan melihat monyet-monyet itu sudah mengambil semua topi itu. Ia pun teringat akan kata-kata kakeknya, maka ia mulai menggaruk kepalanya dan ternyata memang monyet-monyet itu mengikuti perilakunya. Lalu, ia melepaskan topinya dan mengipas-ngipas dengan topi itu, sekali lagi monyet-monyet itu menirukannya.
Karena sudah sangat yakin akan kebenaran cerita sang kakek, Jono akhirnya melemparkan topinya ke permukaan tanah. Tapi herannya, monyet-monyet itu masih saja memakai topinya. Lalu satu monyet turun dari pohon, mengambil topi Jono di tanah, lalu berkata dengan nada sambil mengejek, “hahahaha eh bro, emangnya elu doang yang punya engkong, kita juga kali!”
Monyet saja bisa belajar !
Sejarah ada untuk dipelajari, “fool me once, shame on you, fool me twice, shame on me.”
2020 akan membawa ceritanya sendiri, yang jelas kami semua sudah siap dengan berbagai macam skenario yang ada. So far, kami sih bullish dengan tahun 2020 karena udah 2 tahun IHSG tidak bergerak kemana-mana meski laba bersih emiten masih bertumbuh dan valuasi saham-saham blue chip saat ini mostly sudah murah.
Jangan lagi terpengaruh dengan iklan investasi apapun yang fantastis apalagi jika underlying-nya tidak jelas.
“Mau mendapatkan penghasilan Rp 1 miliar setiap bulannya? tinggal ongkang-ongkang kaki, waktu bebas, transferan masuk terus sambil tidur, bisa jalan jalan kemana aja tanpa harus sibuk bekerja ?
SAMA, saya juga mau!”
Relax, you got plenty of time to become a rich guy, sebuah survei mengatakan dari seluruh millionaires USD di dunia ini, 80% diantaranya baru punya 1 juta USD ketika mereka berusia 50 tahun, jadi kalau kamu masih belum berumur 50 tahun, santai saja.
Anyway, Selamat Tahun Baru 2020 kepada kita semua 2010s yang melalui fenomena booming keong racun 2010, kiamat yang ternyata ga jadi tahun 2012, mau ngapain aja sekarang tinggal klik-klik, sebelum makan difoto dan di-upload dulu sampe makanannya dingin, dan ditutup dengan melihat fenomena motor mewah yang “dimasukan” ke dalam pesawat (saya kagum, karena saya aja masih deg-degan tiap bawa aq*a sama shihl*n pas mau masuk ke dalam bioskop, boro-boro motor)
Semoga di tahun yang baru ini Anda semua semakin sukses, kaya, supaya bisa terus top up reksa dana-reksa dana Sucor. Amin
Billy Budiman, Fund Manager Sucor Asset Management, 30 Desember 2019.