100 Hari Pertama…
Apa sih yang sedang jadi bahan perbincangan di sekitar kita? Ada yang lagi membahas kasus perundungan siswa SMA. Tiktok saya isinya masih seputar batu-batu kristal yang bisa membantu menyelaraskan energi di tengah semua kegalauan. Ada juga yang masih sibuk membahas mau pakai baju apa saat nonton konser Taylor Swift awal Maret nanti di Singapura. Tapi, yang pastinya masih jadi bahan perbincangan sih urusan Presiden baru RI.
Di saat semua mata tengah memandangi hasil quick count Pemilihan Umum yang diadakan 14 Februari lalu, saya justru penasaran, apa kira-kira yang akan terjadi setelah pelantikan Presiden RI tanggal 20 Oktober 2024 nanti. Tepatnya, apa yang akan terjadi di 100 hari pertama kerja Presiden nanti.
Kenapa 100 hari itu penting? Semua ini bermula di era Presiden Roosevelt di tahun 1933. Saat itu, Presiden Franklin D. Roosevelt terpilih di tengah era The great Depression. Memang Presiden yang satu ini terkenal dengan aksi teatrikalnya. Selama periode pemilihan umum di tahun 1932 hingga hari inagurasinya tanggal 4 Maret 1933, ia benar-benar menghilang. Ia tidak ingin terpengaruh dengan aksi politik penguasa sebelumnya, yakni Presiden Herbert Hoover. Ia ingin memulai dengan lembaran baru. Dan ia langsung membuat gebrakan pada 100 hari pertama kerjanya sebagai Presiden Amerika Serikat.
“We have nothing to fear but fear itself,” ucap Roosevelt untuk menenangkan rakyatnya. Dengan penuh percaya diri, ia memaparkan apa saja masalah yang ada dan bagaimana ia akan mengatasinya. Hebatnya, hanya dalam 100 hari pertama, ia sudah berhasil membuktikan ucapannya.
Nah, sebenarnya kita bisa menggunakan benchmark 100 hari kerja ini untuk mengukur kinerja yang lain juga. Misalnya, kinerja reksa dana kesayangan kita semua. Sekadar contoh, mari kita bayangkan Produk Reksa Dana sebagai Presiden yang kita pilih, lalu kita nilai kinerjanya.
Sucorinvest Stable Fund
Profil: Produk yang satu ini memang masih tergolong baru, mengingat ia baru diluncurkan tanggal 26 Februari 2020 (Happy 4th Anniversary SSF), tapi total AUM-nya per 31 Januari 2024 lalu sudah mencapai 3.92 Triliun Rupiah. Banyak investor yang dulu memilih Sucorinvest Money market Fund, mulai “naik kelas” dengan memilih produk yang risikonya satu tingkat lebih tinggi ini. Jadi SSF masuk ke dalam kategori Reksa Dana Pendapatan Tetap (alias Fixed Income).
100 Hari Ke Belakang…
Bagaimanakah kinerja Sucorinvest Stable Fund 100 hari ke belakang? Yuk, lihat grafik berikut:
100 hari ke belakang, kinerja Sucorinvest Stable Fund (SSF) menunjukkan adanya penguatan kinerja. Hal tersebut sejalan dengan pembalikan tren yield pasar obligasi korporasi tenor pendek (<5 tahun) yang kembali turun sehingga berdampak positif pada harga obligasi.
Sebagai contoh, jika kita tarik dari bulan Oktober 2023 dimana SSF menorehkan kinerja bulanan terburuknya yakni -0.52%, sejak November 2023 hingga 23 Februari 2024 secara rata-rata SSF mampu menorehkan kinerja bulanan sebesar 0.51%, 0.41%, 0.41% dan 0.39%.
Sentimen positif salah satunya datang dari meredanya tekanan jual obligasi tenor pendek setelah operation twist berhenti dilakukan pada September 2023 serta penurunan jumlah penerbitan instrumen operasi moneter Bank Indonesia yaitu Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang keduanya sempat menekan pergerakan harga obligasi tenor pendek.
Dibandingkan dengan kinerja instrumen lainnya seperti obligasi pemerintah serta deposito, maka:
Produk | Perbandingan kinerja 100 hari terakhir |
Sucorinvest Stable Fund (SSF) | 1,05% |
Obligasi (FR56) | 0,99% |
Deposito | 0,86% |
Berdasarkan tabel diatas, kinerja SSF lebih unggul dibandingkan obligasi pemerintah seri FR56 maupun deposito. Selain itu, SSF juga menawarkan likuiditas yang lebih menarik dibandingkan deposito karena dapat dicairkan kapanpun.
100 Hari ke Depan…
Nah, untuk 100 hari ke depan kami memandang pergerakan pasar obligasi Indonesia khususnya pada tenor pendek akan lebih baik seiring dengan komitmen Bank Indonesia untuk dapat kembali menambah kepemilikan SBN seperti disampaikan pada Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia 21 Februari 2024, jika dibutuhkan untuk meng-counter potensi volatilitas harga.
Selain itu, apabila pemilu Indonesia berhasil diselesaikan dalam satu putaran akan memancing dana investor asing kembali masuk ke Indonesia seiring dengan adanya kepastian politik.
Pengelolaan reksa dana SSF masih akan berfokus pada tenor pendek dibawah 3 tahun melihat kurva obligasi Indonesia masih relatif flat sehingga menawarkan imbal hasil menarik pada tenor pendek. Serta, sebagai langkah manajemen risiko terhadap interest rate risk mengingat The Fed masih membutuhkan waktu lebih untuk memberikan kepastian akan pemangkasan suku bunga acuannya meskipun sudah tidak terdapat potensi kenaikan suku bunga yang akan dilakukan oleh The Fed maupun Bank Indonesia.
Ternyata, seru juga menganalisa produk Reksa Dana ala Presiden. Buat yang pernah jatuh cinta sama Sucorinvest Stable Fund, mari meriahkan anniversary SSF ke-4 dengan top up! Jika masih merasa ragu, ingat kata Presiden Roosevelt, “We have nothing to fear but fear itself.” Selamat investasi #SahabatSucor.
Blog oleh Oriana Titisari dan Felisya Wijaya