Sound of Freedom
Beberapa bulan sebelum 2023 berakhir, saya sempat berkunjung ke Singapura. Saat itu, saya bertemu teman lama yang bercerita tentang sebuah film mengenai perdagangan anak (child trafficking) dan perdagangan seks (sex trafficking). Ia bercerita begitu berapi-api karena film ini berdasarkan kisah nyata, dan film ini dilarang tayang di berbagai negara sehingga amat sulit untuk menontonnya. Teman saya, yang adalah seorang aktivis perempuan ini, mengatakan bahwa saking inginnya dia mendukung tujuan baik film ini, ia menjadi angel yang menyumbangkan sejumlah uang untuk mendukung penyebaran film ini.
Penasaran, sesampainya saya di Indonesia, langsung saya cek situs film bioskop resmi. Benar saja, tidak ada. Lalu saya cek semua saluran film berlangganan di ponsel saya… tidak ada. Sedikit nakal, saya minta teman saya untuk mencari di situs film ilegal. Tetap tidak ada. Lalu, sama seperti cinta yang tidak kesampaian, saya patah hati dan menyerah.
Fast forward awal minggu ini, ketika saya tengah jalan-jalan di Mal. Ada poster film yang bertajuk, Sound of Freedom. Ini persis seperti judul film yang pernah saya cari awal September lalu. Browsing sedikit, ternyata benar, ini adalah film yang saya cari. Langsung saja saya menonton film ini, dan selama 131 menit penuh hati saya teriris pedih.
SUARA KEBEBASAN
Seperti apa sih suara kebebasan itu? Si paling investor pasti menjawab… suara hembusan angin tepi pantai, yang bisa dinikmati tanpa rasa khawatir karena sudah merdeka secara finansial. Atau, si karyawan yang lelah akan menjawab: suara tenang, bebas dari omelan bos yang kesal karena target tak tercapai. Sang istri yang amat mencintai pasangan, mungkin berkata suara suami yang sedang ngorok di sebelah. Ah, true freedom.
Tapi, bagi ratusan ribu anak yang diculik, diperbudak dan disiksa, kebebasan adalah sekadar bisa bernyanyi, tertawa, bercanda gurau dengan teman tanpa rasa takut.
Film ini berkisah tentang dua saudara, Miguel dan Rocio, yang dengan dalih audisi pencarian bakat berakhir diculik, dibawa keluar dari negaranya, dan dijual. Kedua saudara ini terpisah, sebelum akhirnya diselamatkan oleh Tim Ballard, seorang agen khusus di Amerika yang menangani kasus pedofilia. Memang ini adalah film fiksi yang dibuat berdasarkan kisah nyata. Tapi, di beberapa bagian film, akan ada beberapa dokumentasi asli kasus penculikan anak yang akan membuat kamu bergidik.
US State Department memperkirakan sekitar 600.000 anak diculik dan dijual setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, angka ini terlihat jauh lebih kecil, entah karena kurangnya penyelidikan atau minimnya peraturan yang mengatur hal ini. Sebanyak 239 kasus penculikan (human trafficking) dilaporkan di tahun 2022*. Satu data lagi yang cukup mencengangkan, hampir 50% kasus penculikan anak bukan dilakukan oleh orang asing, melainkan orang teman dan keluarga. Makin potek rasanya hati saya.
DEFINITION OF FREEDOM
Sambil menulis blog ini, saya kembali bertanya, apa yang bisa saya lakukan? Apa hubungan film ini dengan reksa dana? Aduh semoga saja #SahabatSucor ga marah nih membaca blog yang ternyata tidak menjelaskan tentang reksa dana dan kinerjanya.
Pastinya, ada banyak pelajaran yang bisa kita petik dari film ini. Pertama, pentingnya melihat sesuatu secara garis besar dan bukan hanya potongan saja. Tim Ballard sudah cukup berprestasi. Ia telah menangkap ratusan penjahat pedofilia. Tapi saat ia melihat kasus besarnya, ia menyadari bahwa dalam kasus ini ada anak-anak yang menjadi korbannya, dan tidak pernah terselamatkan. Sama halnya dengan reksa dana. Jangan sampai kita terjebak dalam potongan-potongan adegan. Saat ini lagi merah. Besok lagi menurun. Coba fokus pada tujuan keuangan besar yang kamu bayangkan di awal perjalanan investasi. Itu adalah pegangan mu.
Kedua, film ini mengingatkan kita akan pentingnya memiliki support system, orang yang bisa kamu andalkan apapun yang mungkin terjadi. Saat Tim ingin menyelesaikan misinya, kantor tempat ia bekerja tidak mendukung. Ia pun hampir menyerah. Tapi kemudian sang istri berbesar hati, membiarkan sang suami resign dari tempat kerja, meninggalkan keluarga sementara demi menyelesaikan misinya. Bermodalkan ini, Tim pun meraih kesuksesan. Siapa support system kamu dalam investasi? Ini adalah modal yang paling berharga.
Ketiga, ia mengingatkan kita bahwa ada hal yang layak diperjuangkan dalam hidup. Tanyakan pada dirimu, untuk apa kamu berinvestasi, bekerja keras dan menyusun semua rencana hidup ini? Apa purpose kamu dalam hidup? Inilah hal yang akan memotivasi kamu untuk terus bertahan di tengah badai.
Di akhir film, sang aktor yang memerankan film Tim, mengutip Steve Jobs yang mengatakan, “The most powerful person in the world, is the storyteller.” Saya tidak meminta kamu untuk jadi pahlawan super, seperti Tim, atau jadi angel dan berdonasi. Tapi yang bisa kita lakukan adalah menonton filmnya, memetik pelajarannya dan menyebarkan kisahnya.
*data diambil dari https://www.state.gov/reports/2023-trafficking-in-persons-report/indonesia/#:~:text=More%20than%201.5%20million%20Indonesian,of%20whom%20may%20be%20forced.